Langsung ke konten utama

PENGANTAR OSEANOGRAFI

SUMBER-SUMBER ALAM DARI LAUTAN

Melkyanus
1610716210010
Salam kelautan, kali ini admin akan mengulas sedikit tentang sumber-sumber dari lautan. Di Indonesia, pasti kita semua menyadari bahwa begitu luasnya lautan kita ini,namun pertanyaannya apakah kita tau sumber-sumber kekayaan alam apa saja yang disediakan laut untuk kita? setelah membaca artikel ini, mari renungkan apakah hanya daratan saja yang bisa kita kelola?apakah sumber kekayaan dari laut kalah dibanding dengan daratan? langsung saja kita simak ulasan berikut ini dan semoga bermanfaat Brow and Bray !!!!

PENDAHULUAN
            Pada pembahasan kali ini ada 2 indikator utama yang akan dikaji yakni sebagai berikut:
·         Pendeskripsian dan penjelasan sumber-sumber alam dari laut
·         Penjelasan pengelolan sumberdaya kelautan.
v  Ulasan Materi
Secara umum, sumberdaya kelautan terdiri atas sumberdaya dapat pulih (renewable resources), Sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services). Sumberdaya dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan , udang, rumput laut, termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture).
Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah energi, pariwisata dan perhubungan laut. Potensi sumberdaya kelautan ini belum banyak digarap secara optimal, karena selama ini upaya kita lebih banyak terkuras untuk mengelola sumberdaya yang ada di daratan yang hanya sepertiga dari luas negeri ini.

Sumber-Sumber Fisika dan Kimia
1.      Energi Laut
Berikut ini sumber-sumber energy yang berasal dari laut antara lain :
a)      Arus Pasang Surut
Perkembangan teknologi pemanfaatan energi samudera khususnya arus
laut sebagai energi baru terbarukan di dunia saat ini berkembang dengan pesat,
seiring dengan meningkatnya tuntutan akan kebutuhan energi listrik masyarakat
kawasan pesisir serta semakin maraknya issu pemanasan global yang
mendorong untuk membatasi penggunaan bahan bakar hidrokarbon.
Gambar 1. Potensi Arus Laut Di Indonesia
Kecepatan arus pasang-surut di perairan pantai-pantai Indonesia umumnya kurang dari 1,5 m/detik, kecuali di selat-selat diantara pulau-pulau Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara Timur, kecepatan signifikannya bisa mencapai 2,5 - 3,4 m/detik. Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat antara Pulau Taliabu dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara, mencapai kecepatan 5,0 m/detik, namun durasinya hanya mencapai 2-3 jam per hari. Berbeda dengan energi gelombang laut yang hanya terjadi pada kolom air di lapisan permukaan saja, arus laut bisa terjadi sampai pada lapisan yang lebih dalam dan bahkan sampai ke dasar laut. Kelebihan karakter fisik arus laut ini memberikan peluang yang lebih optimal dalam pemanfaatan konversi energy kinetik menjadi energi listrik.
Pada dasarnya, arus laut merupakan gerakan horizontal massa air laut, sehingga arus laut memiliki energi kinetik yang dapat digunakan sebagai tenaga penggerak rotor atau turbin pembangkit listrik. Secara global, laut dunia mempunyai sumber energi yang sangat besar yaitu mencapai total 2,8 x 1014 (280 Triliun) Watt-jam. Selain itu, arus laut ini juga menarik untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik karena sifatnya yang relatif stabil, periodik dan dapat diprediksi pola atau karakteristiknya.
Di Indonesia beberapa daerah yang mempunyai potensi energi pasang surut adalah Bagan Siapi-api yang pasang surutnya mencapai 7 meter, Teluk Palu yang struktur geologinya merupakan patahan (Palu Graben) sehingga memungkinkan gejala pasang surut, Teluk Bima di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa yang pasang surutnya bisa mencapai lebih dari 5 meter.
Gambar 2. Kincir Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
Untuk lautan di wilayah Indonesia, dengan potensi termal 2,5 x 1.023 Joule dan efisiensi konversi energi panas laut sebesar tiga persen dapat dihasilkan daya sekitar 240.000 MW. Potensi energi panas laut yang baik terletak pada daerah antara 6-9° Lintang Selatan dan 104-109° Bujur Timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari 20 km dari pantai didapatkan suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dan didapatkan perbedaan suhu permukaan dan kedalaman laut
(1.000 m) sebesar 22,8°C.
Sedangkan perbedaan suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman lautan (650 m) lebih tinggi dari 20°C. Dengan potensi tersebut, konversi energy panas laut dapat dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan energi pasang surut, energi panas laut di Indonesia juga baru mencapai tahap penelitian.
b)     Gelombang Laut
Gelombang laut merupakan salah satu bentuk energi yang bias dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode waktunya. Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu:
1.      Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasional pelambung.
2.      Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik dibangkitkan dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin.
3.      Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk
membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar
hydropower. Energi ini dapat dikonversi ke listrik lewat 2 kategori yaitu off-shore (lepas pantai) and on-shore (pantai).
Kategori lepas pantai (off-shore) dirancang pada kedalaman sekitar 40 meter dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck yang diciptakan Stephen Salter (Scotish) yang memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa energi. Sistem ini memanfaatkan gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya (internal
pendulum) untuk diubah menjadi listrik.
Sistem on-shore mengkonversi gelombang pantai untuk menghasilkan energi listrik lewat 3 sistem: channel systems, float systems dan oscillating water column systems. Prinsipnya energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini secara langsung mengaktifkan generator dengan mentransfer gelombang pada fluida, air atau udara penggerak yang kemudian mengaktifkan turbin generator. Pada channel systems gelombang disalurkan lewat suatu saluran kedalam bangunan penjebak seperti kolam buatan (lagoon).
Ada empat teknologi energi gelombang yaitu sistem rakit Cockerell, tabung tegak Kayser, pelampung Salter, dan tabung Masuda.
  • ·      Sistem rakit Cockerell berbentuk untaian rakit-rakit yang saling dihubungkan dengan engsel-engsel dan sistem ini bergerak naik turun mengikuti gelombang laut. Gerakan relatif rakit-rakit menggerakkan pompa hidrolik yang berada di antara dua rakit.
  • ·       Sistem tabung tegak Kayser menggunakan pelampung yang bergerak naik turun dalam tabung karena adanya tekanan air. Gerakan relatif antara pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang dapat diubah menjadi energi listrik.
  • ·   Sistem Pelampung Salter memanfaatkan gerakan relatif antara bagian /pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi energi listrik.
  • ·      Pada sistem tabung Masuda metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang laut masuk ke dalam ruang bawah dalam pelampung dan menimbulkan gerakan perpindahan udara di bagian ruangan atas dalam pelampung. Gerakan perpindahan udara ini dapat menggerakkan turbin udara.Lokasi potensial untuk membangun sistem energi gelombang adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai. Energi gelombang bias dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

Gambar 4. Bagian-bagian Gelombang Laut.
c)      Angin
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Berdasarkan Green and Clean Energy for Indonesia, angin kelas 4 (1,6 – 3,3 m/s) adalah batas minimum dan angin kelas 9 (13,9 – 17,1 m/s) adalah batas maksimum energi angina yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.
Gambar 5. Kincir Pembangkit Listrik Tenaga Angin.
Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka
Belitung, masing-masing satu unit. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.

2. Bahan-Bahan Bioaktif
Bahan-bahan bioaktif (Bioactive sub-stances) atau berbagai macam bahan kimia yang terkandung dalam tubuh biota laut merupakan potensi yang sangat besar bagi penyediaan bahan baku industri farmasi, kosmetika, pangan dan industri bioteknologi lainnya. Sejauh ini, pemanfaatan potensi bahan-bahan bioaktif untuk keperluan industri terutama bioteknologi masih rendah (DAHURI et al., 1996). Pemanfaatan bahan-bahan bioaktif (natural product) dari biota laut praktis belum berkembang, padahal di negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Malaysia, industri bioteknologi yang mengelola bahan- bahan bioaktif dari laut telah menjadi salah satu industri andalan. Di Hawai, Amerika Serikat, yang hanya memiliki sedikit terumbu karang, telah berhasil mengembangkan industry pembuatan tulang dan gigi palsu yang terbuat dari hewan karang. Di Madagaskar,salah satu jenis biota terumbu karang telah diekstrak zat bioaktifnya untuk industri obat anti kanker. Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi mempunyai potensi besar untuk mengembangkan industri bioteknologi. Hal ini merupakan tantangan untuk diwujudkan untuk dinikmati hasilnya.

Sumber-Sumber Biologi, Perikanan, Budidaya dan Jasa Kelautan
                Sumberdaya perikanan laut di Indonesia disusun dalam kelompokkelompok: Pelagis Besar, Pelagis Kecil, Demersal, Udang/ Krustasea lainnya, Ikan Karang, Ikan Hias, Rumput Laut, Moluska Teripang/ Ubur-ubur, Benih Alami, Reptilia dan Mamalia laut.
Potensi sumber daya ikan di perairan Indonesia adalah sebesar 9,931 juta (Suman, dkk 2014) tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang terbagi dalam sembilan wilayah perairan utama Indonesia. Dari seluruh potensi sumber daya tersebut, guna menjaga keberlanjutan stok ikan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun. Dalam laporan tersebut (Anonim, 1998) tersirat bahwa pada tahun 1997, total produksi perikanan laut sejumlah 3,8 juta ton diantaranya kelompok ikan 84%, krustasea 6%, moluska 3%, rumput laut 3%, dan binatang air lainnya 4%. Tingkat pengusahaan (pemanfaatan sumberdaya ikan) tersebut dibandingkan dengan potensi sumberdaya ikan yang besarnya 6,2 juta ton, adalah 62% nya.
Selain potensi perikanan tangkap di laut, potensi perikanan lainnya yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah budidaya perikanan baik budidaya pantai maupun budidaya laut. Potensi budidaya pantai (tambak) sekitar 830.200 ha yang tersebar diseluruh wilayah perairan Indonesia dan yang baru dimanfaatkan untuk budidaya ikan bandeng, kakap, udang windu dan jenis-jenis lainnya hanya sekitar 356.308 ha (Dahuri et al., 1996). Dengan demikian peluang pengembangan usaha budidaya masih terbuka luas. Usaha budidaya mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang dalam memajukan taraf hidup para nelayan disekitar pesisir laut. Beberapa komoditas perikanan saat ini sudah mulai dikembangkan untuk di budidayakan dan mempunyai prospek baik yaitu berbagai jenis ikan kerapu, kakap putih, kakap merah, bandeng, lola, batu laga, kerang mutiara, dan teripang.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 27 UU Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan menyebutkan bahwa Jasa Maritim meliputi :
a. pendidikan dan pelatihan;
b. pengangkatan benda berharga asal muatan kapal tenggelam;
c. pengerukan dan pembersihan alur pelayaran;
d. reklamasi;
e. pencarian dan pertolongan;
f. remediasi lingkungan;
g. jasa konstruksi; dan/atau
h. angkutan sungai, danau, penyeberangan, dan antarpulau.

Pengelolaan Sumber-Sumber Alam Laut
Undang-Undang No 1 Tahun 2014 merupakan payung hukum untuk mengatur pemanfaatan laut secara komprehensif dan terintegrasi. Kehadiran Undang-Undang No 1 Tahun 2014 ini semakin mempertegas keterpaduan kebijakan dan peraturan yang ada. Kewenangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang sebelumnya diatur juga dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, disempurnakan melalui Undang-Undang No 1 Tahun 2014 ini.
a)     Pemanfaatan Ekstraktif

  • Pengambilan manfaat sumberdaya perairan khususnya laut terbagi atas pemanfaatan ekstraktif dan non ekstraktif. Pengambilan manfaat dengan cara mengambil sumberdaya dikenal dengan istilah pemanfaatan ekstraktif, sedangkan pengambilan manfaat non-ekstraktif tidak dilakukan dengan mengambil sumberdaya, tetapi memanfaatkan nilai-nilai dan fungsi yang diberikan oleh sumberdaya tersebut, (CTC, 2016).
  • Pemanfaatan ekstraktif terhadap sumberdaya laut antara lain penambangan minyak, gas dan mineral, pengambilan batu karang pengambilan pasir dan sebagainya. Pemanfaatan dengan mengambil sumberdaya yang umum kita kenal di antaranya penangkapan ikan, udang, kerang, kepiting, lobster, teripang dan segala biota perairan, termasuk penebangan pohon mangrove. Selain itu budidaya perairan seperti budidaya ikan, budidaya mutiara, budidaya rumput laut dan jenis budidaya laut lainnya. Hal yang paling mudah dikenali dari kegiatan pemanfaatan ekstraktif adalah jika kegiatan pemanfaatan tersebut mengambil sumberdaya laut maka hal tersebut adalah kegiatan ekstraktif, terlepas dari apakah sumber asal (benih) atau terdapat bagian proses dari sumberdaya yang diambil tersebut berasal dari daratan.
  • Panambangan minyak, gas, dan mineral Pemanfaatan sumberdaya laut berupa pertambangan migas adalah kegiatan yang menggunakan teknologi maju. Potensi sumberdaya migas dan mineral di laut memiliki peluang dan tantangan. Jurnal Maritim (2015) dalam Puryono (2016), menyebutkan bahwa Komite Eksplorasi Migas Nasional memperkirakan cadangan potensial migas di Indonesia masih sekitar 222 miliar barel. Hal tersebut adalah peluang besar untuk pembangunan bangsa tetapi sekaligus menjadi tantangan karena keterbatasan teknologi untuk melakukan pengeboran gas di laut dalam, ditambah lagi perbedaan geografis dan kedalaman laut terutama di wilayah timur Indonesia.
  • Pengambilan batu karang Masyarakat pesisir sejak dahulu sudah dekat dengan keberadaan karang di laut. Bagi masyarakat pesisir, batu karang merupakan bahan bangunan yang ekonomis untuk membangun rumah, jembatan dan sebagainya. Selain untuk bangunan, kapur batu karang di sebagian masyarakat pesisir digunakan sebagai cat pemutih pada dinding rumah dan bangunan lainnya, seperti yang terjadi di beberapa daerah di Maluku dan Papua. Di sebagian daerah batu karang diambil kapurnya untuk dikonsumsi (sebagian masyarakat Papua senang mengkonsumsi sirih dan pinang yang dibumbui kapur yang sebagian berasal dari karang laut). Pengambilan batu karang terus berlangsung sampai saat ini di berbagai daerah pesisir, dan terus meningkat seiring bertambahnya alasan pengambilannya. Belakangan ini sebagian nelayan mengambil batu karang dengan tujuan mengambil ikan hias yang terdapat di dalam sela-sela karang tersebut. Bahkan awal tahun 2017 terjadi penyelundupan karang di Lombok dalam jumlah ribuan kantong terumbu karang dalam berbagai jenis dengan nilai jual tinggi.
  • Penangkapan ikanPenangkapan ikan merupakan aktivitas yang paling umum ditemui di pesisir dan laut. Nelayan menggunakan berbagai alat untuk menangkap ikan. Berbagai jenis ikan ditangkap oleh nelayan untuk tujuan konsumsi dan dijual. Alat-alat tangkap dioperasikan oleh nelayan dalam berbagai jenis dan ukuran. Tombak adalah alat tangkap ikan yang paling tua dan sudah digunakan sejak zaman berburu. Pancing merupakan teknologi yang sudah cukup maju, sedangkan jaring adalah teknologi yang lebih maju lagi. Pada era modern, teknologi penangkapan ikan semakin berkembang pesat, ditandai dengan munculnya berbagai modivikasi alat tangkap ikan, semisal jaring dikembangkan menjadi pukat, pancing dikembangkan menjadi rawai dan longline. Seiring dengan perkembangan alat tangkap, armada penangkapan juga semakin meningkat dalam kapasitasnya. Abad 21 penangkapan ikan memasuki kondisi memprihatinkan, dimana terjadi
  • penangkapan berlebihan (overfishing) di mana-mana. Overfishing tersebut disebabkan oleh upaya penangkapan ikan yang berlebihan baik dalam jumlah alat, jumlah armada penangkapan, maupun jenis-jenis alat tangkap ikan yang dioperasikan.
  • Pengambilan mangrove
Mangrove yang banyak tumbuh di pesisir pantai merupakan sumber utama kayu bakar bagi masyarakat nelayan, sebelum bahan bakar minyak mudah diakses. Bahkan di beberapa tempat saat ini mangrove masih ditebangi untuk berbagai kebutuhan selain sebagai kayu bakar. Sebagian pembudidaya rumput laut mengambil mangrove untuk dijadikan pancang budidaya rumput laut. Mangrove juga sering diambil untuk pembuatan jembatan, tiang rumah dan sebagainya. Selain batang pohon mangrove, buah mangrove juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan seperti jus mangrove, manisan mangrove, daun mangrove jenis tertentu juga dimanfaatkan untuk obat-obatan.

  • Budidaya ikan
Budidaya ikan sangat potensial dilakukan di perairan laut karena laut merupakan tempat hidup yang sangat baik untuk ikan. Ikan yang potensial dibudidayakan di laut sangat banyak jenisnya tergantung kemampuan biaya dari pembudidaya untuk pengadaan sarana dan prasarana budidaya. Komoditas yang banyak dibudidayakan saat ini di antaranya beberapa jenis kerapu, kuwe, lobster, dan beberapa jenis ikan hias laut. Komoditas ikan tuna juga sudah mulai dibudidayakan oleh masyarakat. Budidaya ikan di laut mengambil manfaat dari sumberdaya dengan cara mengambil sumberdaya berupa ikan tersebut. Dari aktivitas budidaya ikan di laut tersebut, masyarakat bisa memperoleh keuntungan ekonomis yang sangat besar dan mendukung pertumbuhan ekonomi keluarga melalui penjualan ikan hasil budidaya.

  • Pengambilan teripang
Teripang merupakan salah satu komoditas perairan pantai yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Teripang diambil sebagai bahan pangan, untuk dikonsumsi masyarakat, atau dijual di pasar lokal sampai pasar global. Teripang dikenal mengandung berbagai nutrisi tinggi sehingga belakangan dimanfaatkan juga untuk bahan kosmetik dan obat-obatan. Di berbagai daerah populasi teripang telah mengalami penurunan jumlah populasi. Penurunan populasi teripang di antaranya disebabkan oleh penangkapan berlebihan dan karena kerusakan habitatnya, baik oleh pengeboman atau penggunaan bahan penangkapan yang merusak maupun karena kerusakan ekosistem oleh adanya reklamasi pantai.

  • Budidaya rumput laut
Rumput laut terdapat dalam beberapa jenis yang umumnya dibudidayakan oleh masyarakat pesisir seperti Gracillaria dan Euchema Cottonii. Komoditas rumput laut memiliki nilai jual yang cukup tinggi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sumberdaya rumput laut berada di perairan sejak dari bibit sampai panen. Pertumbuhan rumput laut banyak dipengaruhi oleh nutrisi yang terbawa oleh arus air laut. Rumput laut yang dibudidayakan masyarakat merupakan sumber pangan yang memiliki manfaat beragam, utamanya untuk dikonsumsi dalam bentuk makanan jadi. Rumput laut juga diolah menjadi bahan kosmetik dan obat-obatan.

  • Pengambilan pasir laut
Pasir laut banyak dimanfaatkan masyarakat untuk digunakan dalam pembangunan rumah, jembatan dan berbagai bangunan lainnya. Sampai pada titik tertentu, pengambilan pasir sudah sampai pada ambang kritis. Terbukti dengan terkikisnya pesisir pantai di beberapa daerah karena pengambilan pasir yang terus dilakukan. Di beberapa wilayah, pasir laut bahkan diambil secara beramai-ramai oleh berbagai pihak sehingga perubahan ketinggian pasir sudah mengalami penurunan mencapai 3 meter. Sebagian masyarakat mengambil pasir untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan sebagian lagi mengambil untuk dijual kepada pihak yang membutuhkan pasir laut.
b) Pemanfaatan Non-Ekstraktif
Pemanfaatan sumberdaya yang ada di laut tidak selalu dengan cara mengambil sumberdaya yang dibutuhkan tersebut. Terdapat berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya dengan cara mengambil manfaat dari nilai-nilai dan fungsi yang diberikan sumberdaya tanpa mengambil sumberdaya tersebut. Pemanfaatan jenis itu dikenal dengan pemanfaatan non-ekstraktif. Berikut beberapa contoh jenis-jenis pemanfaatan non-ekstraktif.
·        Pariwisata
              Pemanfaatan sumberdaya laut dalam bentuk kegiatan pariwisata mengambil manfaat dan fungsi dari nilai-nilai keindahan yang terdapat pada lingkungan laut. Keindahan alam laut dapat diperoleh melalui kegiatan wisata pantai, panorama pantai, selancar,
game fishing, dan selam. Pariwisata laut atau bahari juga meliputi kegiatan berjemur dan berenang di tepi pantai, serta fotografi bawah laut atau taman laut. Kegiatan wisata tidak hanya dinikmati oleh wisatawan dari
mancanegara tetapi juga oleh masyarakat sekitar objek wisata bahari. Kegiatan wisata memberikan pengalaman menyenangkan bagi pengunjung sehingga berpengaruh terhadap kesegaran pikiran para pengunjung setelah sekian waktu penat dengan rutinitas pekerjaan masing-masing.
·        Pendidikan non ekstraktif
                Manfaat berupa ilmu pengetahuan juga bisa diperoleh dari laut melalui kegiatan pendidikan tanpa mengambil sumberdaya yang ada. Kapal Kalabia yang beroperasi di Raja Ampat merupakan salah satu contoh aktivitas pendidikan nonektraktif di atas laut. Kapal tersebut berlayar berkeliling perairan Raja Ampat sambil melangsungkan aktivitas belajar bagi anak usia sekolah di atas Kalabia.
Selain itu, proses pendidikan banyak berlangsung di perairan dalam rangka mengetahui berbagai aspek tentang laut dan berbagai interaksi antar spesies danantar ekosistem dalam laut. Edukasi bahari juga mulai dikembangkan di berbagai daerah di tanah air, dimana berlangsung aktivitas belajar sambil rekreasi di pesisir sambil mengunjungi spot-spot wisata bahari yang memberikan layanan pengetahuan kebaharian.
·        Tempat acara social
                Laut juga bisa menjadi tempat untuk acara sosial seperti di berbagai tempat di nusantara. Kegiatan sosial tersebut lebih dominan aktivitas budaya masyarakat lokal seperti di Jawa, Bali dan sebagian Sulawesi. Aktivitas budaya tersebut misalnya melepas sesajen ke laut atau perayaan acara adat tertentu. Selain itu acara sosial lainnya yang memanfaatkan laut di antaranya perlombaan dayung atau lomba perahu dan sebagainya.
·        Olah raga air
                Hal menarik lainnya yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat terhadap laut adalah olahraga air. Berbagai jenis olahraga air yang sekaligus menjadi bagian dari kegiatan wisata bahari seperti water scooter, seabob, sausage boat, banana boat, water tricycle, wind surfing, surfboarding, paddle board, parasiling, kayaking. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan olahraga air laut tersebut di antaranya kesehatan psikologis karena telah melewati permainan yang menyenangkan.
Manfaat lain yang dipercaya secara medis akan diperoleh dengan berolahraga di air laut adalah kesehatan fisik karena kandungan air laut berbeda dengan air tawar, sehingga memberikan efek berbeda setelah mandi atau berolehraga di air laut.
·        Perhubungan laut
                Pemanfaatan laut untuk perhubungan merupakan pemanfaatan yang paling dominan terjadi di laut karena daratan satu pulau dengan pulau lain dihubungkan oleh laut. Pemanfaatan media air laut ini tidak mengambil sumberdaya air laut itu sendiri. Perhubungan laut dilakukan oleh mesyarakat dengan menggunakan sampan, perahu maupun kapal dalam ukuran yang bervariasi. Laut dimanfaatkan fungsinya sebagai alur pelayaran agar masyarakat bisa terhubung dengan daerah lainnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
·        Penelitian non-ekstraktif

                Laut menyimpan berbagai pengetahuan baik yang sudah tergali maupun yang masih terpendam. Karena itu penelitian tentang hal yang berhubungan dengan laut terus dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian baik dari perguruan tinggi, maupun lembaga penelitian lainnya. Di antara penelitian tersebut ada yang jenis penelitian yang hanya menggunakan laut sebagai objek penelitian tanpa mengambil sumberdaya apapun dari laut, penelitian ini termasuk jenis kegiatan yang non-ekstraktif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daratan Dan Lautan   Nama: Melkyanus NIM: 1610716210010 Program Studi: Ilmu Kelautan                                                                                                         Secara garis besar, permukaan Bumi terdiri dari 2 macam, yaitu yang berupa massa padat yang disebut sebagai Benua ( continent, lithosphere ) dan massa cair yang disebut Samudera ( ocean, biosphere ). Benua menyusun kira-kira sepertiga permukaan Bumi. Benua ( continent ) dapat didefinisikan sebagai massa daratan yang sangat besar yang muncul dari permukan samudera, termasuk bagian tepinya yang digenangi air dengan kedalaman air yang dangkal (kurang dari 200 meter). Berkaitan dengan massa air itu, ada juga beberapa kata yang sering dipergunakan untuk menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengannya, seperti cekungan samudera, laut, teluk atau estuary. Berikut penjelasannya: Cekungan samudera ( ocean basin ) adalah cekungan yang sangat besar dan dalam yang dipenuhi oleh air asin dan satu at

Ekologi Laut Tropis

Istilah - istilah Dalam Ekologi