Sejarah
Penemuan dan Perkembangan Teknologi Akustik Secara Global Hingga
Perkembangannya di Indonesia
Nama : Melkyanus
NIM : 1610716210010
Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas LAmbung MAngkurat
NIM : 1610716210010
Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas LAmbung MAngkurat
A. Sejarah
Penemuan dan Perkembangan Teknologi Akustik Secara Global
Dimulai sekitar tahun 1490 yang bersumber dari
catatan harian Leonardo da vinci yang menuliskan : “Dengan menempatkan
ujung pipa yang panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat
mendengarkan kapal-kapal laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara
dapat berpropagasi di dalam air. Ini yang disebutkan dengan Sonar pasif (passive
Sonar) karena kita hanya mendengar suara yang ada.
Gambar 1. Leonardo da Vinci
(Sumber : Google.com)
Pada abad ke 19, Jacques and Pierre Currie
menemukan piezoelectricity, sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus
listrik jika kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika kristal
tersebut dialiri arus listrik maka kristal akan mengalami tekanan yang akan
menimbulkan perubahan tekanan di permukaan kristal yang bersentuhan
dengan air. Selanjutnya signal suara akan berpropagansi didalam air. Ini yang
selanjutnya disebut dengan Sonar Aktif (Active Sonar).
Gambar 2. Jacques and Pierre Currie
(Sumber : Google.com)
Perkembangan
akustik lebih lanjut dapat dilihat pada Perang Dunia pertama khususnya
digunakan untuk pendeteksian kapal-kapal selam yang ada dibawah laut.
Pendeteksian ini menggunakan 12 hydrophone (setara
dengan microphone untuk penggunaan di darat) yang diletakan
memanjang di bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal suara yang berasal dari
kapal selam.
Gambar 3. Hydrophone
(Sumber : Google.com)
Perkembangan akustik kelautan makin pesat ketika
Perang Dunia di mulai. Penggunaan torpedo yang menggunakan sinyal akustik untuk
mencari kapal musuh adalah penemuan yang hebat pada jaman itu. Pada saat itu
ilmu tentang akustik hanya di fokuskan untuk keperluan-keperluan militer.
Pada akhir perang dunia II barulah pengetahuan
tentang akustik lebih berkembang atau makin meluas. Bukan hanya untuk keperluan
militer saja tapi juga untuk keperluan non–militer diantaranya : mempelajari
proses perambatan suara didalam medium air, penelitian sifat-sifat akustik dari
air dan benda-benda bawah air, pengamatan benda-benda dari echo yang
mereka hasilkan, pendeteksian sumber-sumber suara bawah air, komunikasi dan
penetapan posisi dengan alat akustik bawah air.
Pemahaman fisik proses akustik maju cepat
selama dan setelah Revolusi Ilmiah. Terutama Galileo Galilei (1564-1642),
tetapi juga Marin Mersenne (1588-1648) mandiri, menemukan
hukum lengkap bergetar string (menyelesaikan ilmu Pythagoras dan mulai 2000
tahun sebelumnya). Galileo menulis gelombang yang dihasilkan oleh getaran dari
tubuh yang nyaring, dan menyebar melalui udara, yang di bawa ke tympanum dari
telinga stimulus yang menafsirkan pikiran sebagai suara. Sebuah pernyataan yang
luar biasa yang menunjuk awal fisiologis dan psikologis akustik. Pengukuran
eksperimental dari kecepatan suara di udara telah dilakukan berhasil antara
tahun 1630-1680 oleh sejumlah peneliti dan yang paling menonjol Mersenne.
Sementara itu Newton (1642-1727) meneliti yang hubungan untuk
kecepatan gelombang dalam zat padat landasan akustik fisik ( Principia, 1687).
Pada abad ke-18 melihat kemajuan besar dalam akustik
para matematikawan menerapkan teknik baru kalkulus untuk menguraikan
teori-teori propagasi gelombang suara. Pada abad ke-19 tokoh utama akustik
matematika Helmholtz dari Jerman, mengkonsolidasi bidang
akustik fisiologis, dan Rayleigh dari Inggris, yang
menggabungkan pengetahuan sebelumnya dengan penelitianya sendiri ke lapangan
dalam karya monumental-nya "Teori Sound ". Pada abad ke-19
juga, Wheatstone, Ohm, dan Henrymengembangkan analogi
antara listrik dan akustik. Abad ke-20 melihat perkembangan aplikasi teknologi
semakin tumbuh pesat. Aplikasi tersebut pertama kali di aplikasikan melalui
pekerjaan Sabine's ground breaking dalam akustik arsitektur, diikuti Underwater
akustik digunakan untuk mendeteksi kapal selam pada Perang Dunia pertama.
Rekaman suara dan telepon memainkan peranan penting dalam transformasi global
masyarakat.
Gambar 4. Penerapan Akustik
Walaupun pengukuran kecepatan suara telah dilakukan
sejak tahun 1927 oleh, ahli Fisika Swiss dan ahli Matematika Perancis, tetapi
secara komersial Akustik Kelautan mulai dikembangkan oleh Inggris pada Perang
Dunia II Pada permulaan Perang Dunia II tersebut, diketemukanlah ASDlC (Anti
Submarine Detection Investigating Committee), suatu instrumen akustik yang
digunakan untuk mendeteksi kapal selam (submarine) (Urick, 1983). Untuk
tujuan-tujuan damai, khususnya dalam eksplorasi dam eksploitasi sumberdaya
hayati laut, baru dilakukan setelah Perang Dunia III. Secara garis besar sampai
dekade (dasawarsa 80-an), kiranya dapat kita catat beberapa kemajuan penting
yang telah dicapai oleh para ahli Akustik Kelautan seperti tertera berikut ini:
1. Dekade
1945 - 1955
Pada periode ini, pengalaman pendeteksian ikan yang
diperoleh sebelumya (khususnya oleh ahli Norwegia yang bernama Sund, 1935)
mulai dimanfaatkan untuk membantu pemenuhan permintaan akan pangan dan protein.
Kemudian pada tahun 1950, seorang ahli Norwegia juga (Devold) berhasil
mendeteksi dan melokalisir gerombalan ikan Atlanto scandian herring yang sedang
Mencari ikan. Selanjutnya pada musim dingin 1950- 1951, Devold berhasil juga
mendeteksi gerombolan ikan herring dewasa yang akan melakukan pemijahan.
Setelah alat pendeteksian akustik menjadi alat baku (standard), bukan saja
untuk kapal-kapal peneliti perikanan tetapi juga untuk armada penangkapan, ikan
(fishing fleets, terutama oleh negara-negara Scandinavia dan Uni
Soviet.
2. Dekade
1955 - 1965
Pada permulaan periode ini berkat pengembangan
daerah penangkapan ikan misalnya dengan ditemukannya sistem-upwelling di dunia,
maka produksi ikan sangat meningkat. Oleh Perserik.atan Bangsa bangsa PBB
dimulailah dibuat proyek, pengembangan di Somalia, kemudian dengan cepat
disusul oleh negara-negara penangkap ikan yang memiliki penangkapan ikan jarak
jauh (long-distance fleets)seperti Jepang dan Uni Soviet. Ekspansi
tersebut pads prinsipnya adalah berkat peningkatan penggunaan instrumen
pendeteksian ikan baik horizontal (sonar) maupun vertical (echo
sounder). Beberapa negara maju secara berlomba-lomba membuat instrumen
kelautan tersebut, yakni Norwegia, Inggris Perancis, Amerika, Jerman, Jepang
dan Uni Soviet. Kuantifikasi dari pendugaan stok ikan dilakukan dengan melihat
echogram, sehingga hanya bisa menentukan saat-saat yang tepat untuk
mengoperasikan alat penangkapan ikan.
3. Dekade
1965 - 1975
Pada permulaah periode ini, produksi ikan dunia
mulai merosot sehingga penangkapan ikan harus dilakukan dengan hati-hati dengan
memperhitungkan kemelimpahan stoknya. Dengan demikian, maka mulailah
dikembangkan metode akustik untuk stock assessment dalam
rangka manajemen stok ikan yang bersangkutan. Dalam periode ini mulai
dikembangkan pulse counter oleh Inggris untuk menghitung
jumlah individu target (ikan). Selanjutnya oleh Norwegia diketemukan Analog
Echo Integrator untuk menghitung total biomass dari suatu perairan,
yang disursvai yang kemudian dikenal dengan namaSIMRAD QM-Echo Integrator.
Ternyata kemudian analog echo integrator ini relatif mahal
untuk diproduksi. secara komersial dan sangat sulit untuk dikalibrasi yakni
untuk mengkonversi nilai integrasi echo menjadi estimasi biomass. Dengan adanya
berbagai kesulitan tersebut, Amerika (University of Washington di Seattle)
mulai meneliti dan mengembangkan digital echo integrator. Terobosan
ini dimungkinkan karena diketemukan alat pemrosesan sinyal (echo signal
processor) yang baru dan berkat bantuan teknologi komputerisasi,
khususnya minicomputer. Selanjutnya untuk pengukuran in
situ target strength, oleh ahli fisika & matematika Amerika
(Ehrenberg) diketemukanlah dual-beam acoustic systemyang kemudian
disusul dengan dikembangkannya towed-underwater vehicle yang
selanjutnya menjadi keunggulan komparatif dari produksi Amerika.
4. Dekade
1975 - 1985
Walaupun ide split-beam system pertama
kali ditemukan di Amerika, tetapi untuk penerapan teknologinya dikembangkan
oleh Norwegia yakni dengan diproduksinya SIMRAD split-beam acoustic
system. Sistem ini yang merupakan keunggulan teknologi yang dimiliki
Norwegia sebenarnya merupakan pengembangan dari SIMRAD QD-Echo
Integrator (digital echo integrator) yang memiliki kelemahan dalam
mendapatkan nilai in situ target strength. Jadi jelaslah bahwa
kalau di Norwegia pengembanganscientific echo sounder dipusatkan
pada split-beam acoustic system, maka di Amerika pengembangan
difokuskan pada dual-beam acoustic system yang secara real
time dapat menghitung nilai target strength (TS), volume
backscattering strength (SV) dan kemudian biomass atau jumlah ikan.
Jepang pun tidak tinggal diam dalam rangka inovasi teknologi canggih di bidang
akustik kelautan ini yakni dengan diketemukannya frequency-diversity
acoustic system dan quasi-ideal-beam acoustic system. Sistem
yang pertama dikembangkan oleh Japan Radio Company (JRC), sedangkan
sistem yang kedua dikembangkan oleh FURUNO dan akhir-akhir ini secara teknologi
Memiliki kedudukan yang sejajar dengan dual-beam acoustic system America
dam split-beam acoustic system' Norwegia.
Pada saat sekarang ilmu akustik dimanfaatkan
untuk aplikasi dalam survei kelautan, budidaya perairan, penelitian
tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat
tangkap, bioakustik. Aplikasi dalam survei kelautan dengan akustik
kita dapat menduga spesies ikan yang ada didaerah tertentu dengan menggunakan
pantulan dari suara, semua spesies mempunyai target strenghyang
berbeda-beda.
Secara garis besar, penggunaan dari Motode
akustik ini adalah sebagai berikut :
a. Pada
survai sumberdaya hayati laut
- untuk
menduga spesies ikan,
- untuk
menduga ukuran dari ikan,
- untuk
menduga kemelimpahan (stok) ikan, plankton dan sebagainya.
b. Pada budidaya
perairan
- untuk
penentuan jumlah atau biomass ikan di dalam Penned fish,
- untuk
pengukuran ukuran dari individu penned fish,
- untuk
memantau kesehatan dan aktivitas ikan dengan telemetering tags.
c. Pada
studi tingkah laku ikan dan organisme laut lainnya :
- pergerakan
ikan (migrasi vertikal dan horizontal),
- tingkah
laku/orientasi (tilt angle),
- reaksi
penghindarandari kapal/alat penangkapan ikan (avoidance reactions),
- respon
terhadap stimuli.
d. Pada
penangkapan ikan
- penampilan
alat penangkapan ikan,
- selektivitas
alat penangkapan ikan
e. Lain-lain,
misalnya mempeiajari perambatan suara di air laut, sifat-sifat akustik dari air
laut dan target/obyek di air laut, pendeteksian sumber suara dan komunikasi di
air laut.
B. Perkembangan
Teknologi Akustik di Indonesia
Perkembangan akustik kelautan di Indonesia makin
intensif pada decade tahun 70 –an. Pada decade ini, ilmu tentang akustik
diterapkan dalam pendeteksian dan pendugaan stok ikan, yakni dengan
dikembangkannya analog echo-integrator dan echo counter. Perkembangan ilmu
tentang akustik ini dapat di lihat di Negara Inggris dan di beberapa Negara
lain seperti Norwegia, Amerika, Jepang, Jerman dan sebagainya.
Perkembangan selajutnya adalah diketemukannya
digital echo integrator dual beam acoustic system, split beam acoustic system,
quasy ideal beam system dan aneka echo processor canggih lainnya, barulah
ketelitian dan ketepatan pendugaan stock ikan dapat ditingkatkan sehingga
akhir-akhir ini peralatan akustik menjadi peralatan standar dalam pendugaan
stock ikan dan manajemen sumberdaya perikanan.
Pada saat sekarang ilmu akustik di manfaatkan untuk
aplikasi dalam survei kelautan, budidaya perairan, penelitian tingkah laku
ikan, aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap,
bioakustik. Aplikasi dalam survei kelautan, dengan akustik kita dapat menduga
spesies ikan yang ada di daerah tertentu dengan menggunakan pantulan dari
suara, semua spesies mempunyi target strengh yang berbeda-beda. Aplikasi dalam
dunia budidaya untuk pendugaan jumlah ekor, biomass dari ikan dalam
jaring/kurungan pembesaran untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring
kurungan, memantau tingkah laku ikan dengan acoustic tagging.
Aplikasi akustik dalam tingkah laku ikan meliputi
pergerakkan migrasi ikan dengan acoustic tagging, orientasi target (tilt
angle), reaksi menghindar terhadap gerak kapal survei dan alat tangkap, respon
terhadap rangsangan/stimuli cahaya, suara, listrik, hidrodinamika, komia,
mekanik dan sebagainya. Aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat
tangkap ikan meliputi pembukaan mulut trawl dan kedalaman, selektivitas
penagkapan dengan melihat ukuran ikan target.
Teknologi akustik mengalami perkembangan pesat di
indonesia salah satunya adalah penggunaan teknologi dalam bidang:
a. Bidang Komunikasi. Pada zaman dahulu
alat-alat komunikasi masih belum berkembang. Orang dahulu menggunakan alat yang
sederhana sebagai alat komunikasi salah satu contohnya adalah menggunakan
kentongan bambu untuk memanggil masyarakat agar berkumpul dalam suatu tempat
atau dengan menggunakan metode surat menyurat untuk mengetahui kabar. Pada
zaman pengaruh budaya islam bedug digunakan sebagai alat komunikasi dan
petunjuk waktu. Sedangkan orang-orang yunani mengembangkan telegraf optik
dengan menggunakan api obor diatas benteng. Huruf-huruf dikirim dengan
mengkombinasikan beberapa api obor tersebut. Dalam perkembangan berikutnya,
radio ditemukan oleh clark maxwell pada 1816 edwin H. Armstron (1930) menemukan
radio transistor. Radio transistor kemudian berkembang keseluruh dunia termasuk
di Indonesia. Pada 1940-an berdirilah stasiun pemancar RRI Jakarta dan sejak
saat itu, berita dapat disebarluaskan melalui siaran radio RRI. Selanjutnya ditemukan
pula telepon, televise dan sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). Penemuan
teknologi alat komunikasi menyebabkan perhubungan antar manusia, antar daerah
dan antar negara menjadi cepat dan mudah dilakukan. Dan sekarang hampir
disetiap keluarga di Indonesia dapat menggunakan teknologi akustik tersebut
dengan mudah mulai dari televisi, radio dan telepon.
b. Bidang Navigasi, Pada bidang navigasi
ini salah satu teknologi yang sangat pesat perkembanganya adalah penggunaan
Drone. Drone satau sering disebut dengan pesawat UAV atau Unmanned
Aerial Vehicle merupakan pesawat tanpa awak yang menjadi salah satu
teknologi perkembangan pesat di dunia terutama di Indonesia. Tidak hanya
dimanfaatkan dalam dunia militer, drone juga dapat digunakan dalam berbagai
bidang kehidupan, seperti kesehatan, pengiriman barang dan bahkan berselfie.
Drone dilengkapi dengan keadaan yang berbeda dari teknologi seni seperti
infra-merah kamera (UAV militer), GPS dan laser (UAV militer). Cara
kerja drone yaitu memanfaatkan kendali jarak jauh atau sistem remote
dimana pilote memegang kontrol dari darat. Selain itu, drone dapat di control
menggunakan smartphone karena drone memiliki chip komputer serupa arduino namun
lebih kompleks. Chip ini membuat drone dapat mengolah gambar dari kamera yang
terpasang padanya kemudian mengirimkan hasilnya ke smartphone yang digunakan
sebagai control.
c. Bidang Kedokteran (USG), Penggunaan
ultrasonik dalam bidang kedoketran ini pertama kali diaplikasikan untuk
kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosi suatu penyakit. Hasil penelitian
william fry (Universitas Illinois) dan Russel Meyers (Universitas Lowa)
membuktikan bahwa gelombang ultrasonik dapat digunakan untuk menghancurkan
sel-sel basal ganglia pada penderita penyakit parkinsons. Kemampuan gelombang
ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan berbahaya ini kemudian
secara luas diterapkan pula untyk penyembuhan penyakit-penyakit lainya.
Misalnya untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis,
ulcus pepticum (tukak lambung), kaki gajah dan bahkan untuk terapi
penderita nyeri dada. Kemudian teknologi semakin pesat dari tahun ke tahun
hingga pada tahun 1980-an ditemukan metode untuk penentuan ukuran janin dalam
kandungan dan pada tahun 1990-an menghasilkan teknologi digital yang
memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima manghasilkan tampilan
gambar suatu jaringan tubuh lebih jelas. Cara kerja yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik yaitu pertama: gelombang akan diterima transducer kemudian
gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk
tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transducer yang
digunakan terdiri dari transducer penghasil gambar dua dimensi
atau tiga dimensi.
Berkat penemuan-penemuan
spektakuler tersebut, alat USG sampai saat ini sepertinya menjadi alat wajib
seorang dokter ahli obstetri ginekologi. Apalagi setelah diketahui bahwa USG
tidak menimbulkan efek samping baik terhadap kesehatan janin maupun kesehatan
si ibu.
Sumber:
Supriatna,
Nana., 2006. Sejarah Kelas XII Jilid 3. Hal.85 https://books.google.co.id/books?isbn=9797586006 (Online:
diakses pada 25 September 2016). Tim
Penyusun. 2013. Modul Praktikum Akustik Kelautan : Pengertian
Dasar dan Cara Kerja Metode Akustik. Universitas Sriwijaya : Inderalaya.
Wirza,
Elfira., 2008. Rekonstruksi Sinyal. FMIPA UI. Jakarta.
Komentar
Posting Komentar